Pagelaran Seni Drama dan Tari

(Mata Kuliah Pembelajaran Gerak dan Tari)

Menari adalah aktivitas menggerakkan tubuh untuk mengekspresikan gagasan, merespon music, dan mencurahkan perasaan. Menari sebagai salah satu bentuk kegiatan seni, memiliki keragaman jenis namun tidak semua kegiatan menari sesuai dengan usia anak.

Tujuan pembelajaran seni tari adalah untuk mendemonstrasikan suatu keterampilan motorik anak seperti melompat, berlari, jongkok-berdiri dan lain sebagainya, untuk melatih keseimbangan saat bergerak, menempatkan diri dalam berperan dan memahami serta mengikuti instruksi.

Menari bukan hanya anak mampu menirukan gerak tari yang diajarkan oleh guru, tetapi bagaimana guru merekonstruksi pesan-pesan yang terkandung dalam seni tari agar anak memahami makna dari setiap gerakan tari maupun lagu atau musik pengiring tari. Keberhasilan pembelajaran seni tari dapat dilihat ketika setelah anak mengikuti pembelajaran atau setelah menampilkan seni tari terdapat perubahan sikap dalam diri anak, karena itulah tidak semua jenis tari dapat diajarkan kepada anak.

Gerakan tari pada anak usia dini umumnya bersifat pengulangan dari 5-6 gerakan dengan ditambah variasi formasi yang sederhana. Hal penting yang perlu diperhatikan pendidik adalah memperhatikan kondisi fisik dan psikologis anak saat ingin menari.

Memaksakan atau menekan anak untuk menunjukkan suatu gerakan tari, terlebih harus sempurna seperti apa yang dicontohkan guru, hanya akan membuat anak semakin tertekan dan kreativitasnya tidak berkembang.

Mata kuliah pembelajaran seni tari diberikan untuk membekali mahasiswa keterampilan dalam bidang seni dan tari. Selain keterampilan dalam menyampaikan materi pembelajaran, guru juga harus bisa mengekspresikan dirinya baik melalui nyanyian maupun gerak tari. Tentunya melalui gerakan maupun nyanyian akan lebih disukai oleh anak, daripada pembelajaran yang disampaikan melalui kata-kata yang terkesan monoton sehingga anak mudah bosan.

Untuk mengembangkan kreativitas anak usia dini, tentunya sebagai calon pendidik PAUD harus bisa lebih kreatif. Diakhir matakuliah seni tari ini, mahasiswa PIAUD IAIN Ponorogo semester 6 diminta untuk menampilkan suatu pertunjukan drama musikal dimana antara musik, tari dan drama dikombinasikan dalam satu wadah.

Tema yang diambil dalam pertunjukan ini adalah “Kisah cinta Ali dan Fatimah”. Meskipun tidak sesuai jika ditunjukan kepada anak usia dini, tetapi dapat diambil pelajaran bahwa pendidikan anak tidak mulai ketika anak sudah dilahirkan didunia tetapi pendidikan anak dimulai ketika seseorang memilih pasangan hidup. Memilih pasangan adalah langkah awal dalam mendidik anak, sebab lelaki yang sholih dan wanita yang sholihah yang telah menjadi suami istri mereka akan menjaga adab dalam segala hal, karena mereka tahu apa yang menjadi kebiasaannya juga akan ditiru oleh anaknya kelak.

Saat merencanakan dan berikhtiar memiliki anak, saat itu pula mereka berdoa dan memperbaiki sikap, mencari rezeki yang halal, memperbanyak ibadah dan sebagainya. Seorang ayah berkewajiban mencari rezeki yang halal dan membimbing istri sebaik-baiknya dan ibu berkewajiban menjadi madrasah pertama bagi anak-anaknya, karena dari rahim ibulah anak dilahirkan. Dari sini dapat diambil pelajaran dari kisah cinta Ali dan Fatimah bahwa janji Allah itu benar laki-laki yang baik akan dipertemukan dengan perempuan yang baik pula dan begitupun sebaliknya.

Kesederhaan, ketulusan dan kelembutan hati Fatimah yang membuat Ali jatuh cinta dengan Fatimah. Kesimpulannya, anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci) orangtuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani dan Majusi jika orangtunya memiliki iman yang kuat tentu dalam mendidik anak menjadi anak yang baik.